Wednesday, September 18, 2019

Tapak kaki tanpa keseimbangan

Seiring dengan waktu putri kami mulai bisa berjalan walupun terasa terlambat daripada anak-anak pada umumnya. adapun putri kami bisa berjalan dikisaran hampir usia 3 tahun. Itupun setiap jalan 5-8 langkah pasti terjatuh. Sangkin seringnya terjatuh hingga membuat putri kami trauma untuk berjalan dan memilih merembet pada dinding, sofa, meja atau benda lainnya yang berada didekatnya. Seiring dengan waktu saat melakukan pengecekan pada kakinya dokter menyuruh kami membuatkan sepatu terapi yang terbuat dari kulit atas dasar surat pengantar dari Dr. Soebroto Sapardan untuk pembuatan sepatu ke bapak Nirun di kedoya, Saat itu saya tidak mengerti seperti apa sepatu yang harus dikenakan oleh putri kami, setelah dijelaskan oleh Bapak Nirun bahwa sepatu yang akan dikenakan oleh putri saya posisi sol tatakan sepatunya berlawanan arah dengan posisi kaki anak kami sehingga posisi sol untuk kaki kanan dikenakan pada kaki kiri serta posisi kaki sol kiri dikenakan pada kaki kanan. 

Sepatu tersebut juga harus berbentuk boot untuk mempertahankan bentuk kaki anak kami agar kaki anak kami tidak kembali kebentuk awalnya .



Saat itu juga saya baru mengerti kenapa setiap kali anak saya melangkah beberapa langkah terjatuh, hal itu terjadi karena pada kaki anak saya tidak terdapat cekungan yang berfungsi sebagai penyeimbang tubuh sehingga sepatu yang dibuat ini spesifik dibuatkan untuk memberntuk cekungan penyeimbang pada kaki anak kami.

saat pertama kali kami membuat sepatu tersebut harganya Rp. 2.750.000 untuk sepasang sepatu terapi sepatu tersebut dapat digunakan berapa lama bergantung dengan pertumbuhan dari kaki anak kami, karena apabila posisi kaki anak kami sudah mentok hingga ke ujung maka kami harus melakukan pembuatan sepatu terapi yang baru lagi. sepatu ini digunakan oleh putri kami selama 1 tahun. namun setiap 3 bulan sekali kami harus melakukan perbaikan dari sol bawah sepatu dikarenakan karet sol tapak sepatunya sebelah luar habis terkikis dikarenakan terseret selama pemakaian.

Semoga informasi ini dapat membantu rekan-rekan sekalian yang memiliki putra atau putri yang memiliki kebutuhan khusus seperti putri kami,

Monday, September 16, 2019

Exercise dan sepatu terapi

Mohon Maaf kalau blog ini baru sempat saya update kembali dikarenakan saya terlalu sibuk mengurus keluarga saya dan pekerjaan saya. Sekarang baru saya lanjutkan kelanjutan terapi yang harus dijalani oelh putri saya setiap harinya tanpa henti walaupun sudah lewat lebih dari 5 tahun yang lalu.

sepatu splint yang saya buat di kawasan cileduk tersebut harus menempel dikaki anak saya selama 23 jam dan hanya boleh dilepaskan saat mandi. selebihnya aktifitas apapun yang dilakukan oleh putri saya selalu harus menggunakan splint tersebut dan exercise yang saya katakan melakukan penekukan telapak kakinya hingga menempel ke tulang kering setiap hari tetap dilakukan hingga instruksi lebih lanjut dari Dr. Soebroto Sapardan. walaupun seberat apapun dan sesakit apapun yg putri kami rasakan, kami tidak memiliki pilihan selain tetap melakukan exercise tersebut.

sepatu splint tersebut digunakan oleh anak kami selama 1 tahun 3 bulan hingga kaki putri kami terluka dan sobek oleh gesekan dari sepatu tersebut, walaupun hati kami menangis sebagai orang tuanya tetapi kami tetap melakukan instruksi dari dokter dengan harapan kalau kaki anak kami akan tumbuh dengan normal seperti kaki anak-anak lain pada umumnya.

sementara masa menggunakan sepatu splint tersebut kaki anak kami sudah mulai tumbuh kuat dan dia mulai belajar berdiri dengan beralaskan sepatu splint tersebut.walalupun terasa berat bobok sepatu besi tersebut untuk ukuran anak seumur 1,5 tahun, namun dia mulai belajar melangkah walaupun sering terjatuh-jatuh hingga suatu saat dia terjatuh dan tulang hidungnya terantuk ke ujung siku meja hingga terjadi pendarahan.Kami membawa putri kami ke dokter THT di Rumah Sakit sumber waras juga untuk melakukan pengecekan pada tulang hidung anak kami, saat melakukan pemeriksaan tersebut kami baru mengetahui kalau dokter tersebut memiliki pasien beberapa yang menggunakan sepatu Splint seperti putri kami dan mereka juga mengalami apa yang kami alami kalau ternyata anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti putri kami itu agak kurang dalam menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung sering terjatuh. atas pengalaman tersebut kami mulai melakukan perhatian yang lebih ekstra pada putri kami untuk menjaga dia agar tidak terlalu sering terjatuh. sangkin terlalu seringnya terjatuh hingga putri kami menjadi trauma dan kami tidak memberikan dia berjalan seorang diri hingga dia lancar berjalan walalupun masih sering terjatuh.